Utang di mana-mana gara-gara judi online
Sayangnya, bulan madu Baron tak bertahan lama. Duit Rp350 juta hasil kemenangannya lama-lama menipis. Bahkan, saldo yang belum ia pakai itu akhirnya habis juga.
Tak cuma itu, bulan-bulan berikutnya main judi online justru kekalahan yang ia dapat. “Sehari depo 5 juta, pernah 10 juta. All in, dan habis hari itu juga,” sesalnya.
Motor gede hasil menang judi, akhirnya ia jual. Bahkan ia pernah nyaris bertengkar hebat dengan sang istri gara-gara ingin menggadaikan perhiasan buat depo judi online.
“Pokoknya aku sudah sangat gila. Kalau malam nggak bisa tidur, kepikiran terus besok mau depo berapa. Begitu aja terus,” kata dia.
Kalau ditotal, Baron menaksir nominal kekalahannya mencapai Rp400 juta. Itu belum termasuk utang yang menggunung. Tabungannya juga terkuras habis. Barang berharga tak tersisa lagi.
Setelah kehilangan segalanya, Baron memutuskan stop main judi online. Ia, sampai hari ini masih harus rutin pergi ke psikiater karena kondisi mentalnya masih kacau.
Taubat gara-gara ikut grup Facebook
Kisah lain datang dari Vian. Ia merupakan member lain grup “Rehabilitasi Korban Kecanduan Judi Online”. Baru sekitar dua minggu ia bergabung.
Sama seperti Baron, ia telah kehilangan segalanya akibat judi online, terutama slot. Tabungannya habis, rencana nikahnya juga harus diundur. Pokoknya, tak ada kata lain yang bisa mewakili perasaan Vian selain menyesal.
Tiap hari, Vian rutin membuat status di dalam grup yang isinya “hari tanpa judi”. Seperti “1 hari tanpa judi”, “2 hari tanpa judi”, dan seterusnya.
Meskipun sempat iseng “main kecil-kecilan” setelah uangnya tak bersisa, kini sudah hampir 20 hari Vian lalui tanpa main judi.
“Melihat pengalaman orang lain yang senasib hidupnya hancur gara-gara judi online bikin aku makin yakin buat berhenti,” jelasnya.
Laporan PPATK 2023 lalu mencatat, ada 3,2 juta warga Indonesia yang main judi online. Total perputaran uangnya sepanjang 2023 mencapai Rp327 triliun–setara biaya pembangunan IKN.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA Cerita Guru Honorer Jogja Terlilit Pinjol, Rela Hidup dengan Gaji Kecil dan Tagihan Nggak Ngotak Demi Bikin Mimpi Ibunya Tetap Mekar
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News
Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2024 oleh Ahmad Effendi
JAKARTA - Peneliti bidang sosial The Indonesian Institute (TII) Dewi Rahmawati Nur Aulia menilai wacana mengikutsertakan korban judi nline sebagai penerima manfaat dana bantuan sosial (bansos) yang dikelola oleh Kementerian Sosial sebagai langkah yang tidak tepat.
Dewi mengingatkan bahwa ketentuan penerima dana bansos sudah diatur dalam undang-undang yakni masyarakat miskin, mulai dari yang berstatus hidup tidak layak hingga menjalani pengupahan di bawah upah minimum. Sedangkan para korban judi online melakukan aktivitas nirmanfaat itu atas kemauan mereka sendiri, hingga kemudian kehilangan harta dan mungkin terjerat utang.
"Seperti yang kita ketahui, para pelaku ini kan sebenarnya mereka melakukan aktivitas itu kan merupakan atas keputusan pribadi," kata Dewi di Jakarta, Sabtu.
Menurutnya, masyarakat yang terjerat dalam judi online lebih dari setengahnya merupakan kelompok dengan penghasilan yang cukup, bahkan beberapa korban merupakan kalangan dengan upah lebih tinggi dari upah minimum.
Ia menilai kondisi korban yang menjadi miskin akibat terjerat judi online dilakukan secara sadar sejak semulanya dan atas keputusan pribadi, bukan diakibatkan karena kemiskinan struktural.
Oleh karena itu, Dewi justru menekankan pemerintah seharusnya lebih menggiatkan literasi mengenai bahaya judi online serta pengelolaan finansial agar masyarakat memahami betul cara investasi dengan tepat dan tidak tergoda untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara instan melalui judi online.
Di samping itu, ia juga menilai Kementerian Sosial masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam hal data penerima manfaat dana bansos yang tercantum dalam sistem DTKS sehingga lebih baik kementerian dan lembaga terkait fokus memperbaiki hal tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada Kamis 13 Juni di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, menegaskan bahwa praktik judi baik secara langsung maupun daring (online), dapat memiskinkan masyarakat, sehingga kalangan tersebut kini berada di bawah tanggung jawab kementerian yang ia pimpin.
Muhadjir mengaku telah melakukan banyak advokasi untuk korban judi online, bahkan memasukkan mereka dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai penerima bantuan sosial.
"Kemudian mereka yang mengalami gangguan psikososial, kita minta Kementerian Sosial (Kemensos) untuk turun melakukan pembinaan dan memberi arahan," kata Muhadjir.
Presiden RI Joko Widodo juga telah membentuk Satgas Pemberantasan Judi Online melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Satuan Tugas Pemberantasan Perjudian Daring yang terbit di Jakarta 14 Juni 2024.
Satgas tersebut dipimpin Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebagai Wakil Ketua Satgas, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie sebagai Ketua Harian Pencegahan, dan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong sebagai Wakil Ketua Harian Pencegahan.
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang pria berinisial AW, warga Kampung Cisalak, Desa/Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat kini malah harus mendekam di tahanan polisi, usai beberapa hari lalu melapor lantaran mengaku menjadi korban begal.
Ketika itu, AW kepada polisi mengaku kehilangan uang Rp 32,9 juta akibat dibegal.
Polisi kemudian melakukan penyelidikan laporan AW.
Baca juga: TAMPANG Pelaku Begal Payudara yang Viral saat Digelandang ke Polrestabes Medan
Ternyata setelah dilakukan pengusutan, ternyata AW yang mengaku dibegal hanya cerita rekayasa.
Pasalnya AW baru saja kalah judi slot hingga uangnya habis.
AW membuat mengarang cerita dan membuat laporan palsu karena takut sama istriya.
Uang Rp 32,9 juta itu seharusnya dipergunakan untuk membayar utang, namun oleh AW justru dipakai berjudi.
"Jadi tersangka menggunakan uang itu untuk judi slot dan kalah. Takut sama istrinya kemudian mengarang seolah menjadi korban begal," kata Kasatreskrim, Polres Tasikmalaya Kota, AKP Agung Tri Poerbowo, Sabtu (23/7/2022).
Tersangka AW sendiri melaporkan peristiwa palsu itu ke Polres Tasikmalaya, Rabu (20/7/2022).
Ia mengaku dibegal di Jalan Sukaratu, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, menuju arah Gunung Galunggung.
Setelah menerima laporan tersebut, petugas melakukan identifikasi lokasi.
Baca juga: Wanita Ini Berbohong Jadi Korban Begal, Sebut Uang Rp 1,3 Miliar Dirampas, Ternyata Terlilit Utang
Bahkan olah tempat kejadian perkara (TKP) dipimpin langsung oleh Kapolres, AKBP Aszhari Kurniawan
Namun dari pengakuan korban serta keterangan saksi-saksi petugas mencurigai ada upaya rekayasa dari tersangka.
"Dari hasil olah di tempat kejadian perkara ternyata kami menemukan sejumlah kerancuan kronologinya," ujar Agung.
Petugas kemudian menginterogasi lebih dalam tersangka, dan akhirnya mengakui bahwa peristiwa pembegalan itu hanyalah karangannya sendiri.
"Tersangka takut sama istrinya karena uang sebesar Rp 32,9 juta dari istrinya untuk membayar utang, malah habis digunakan berjudi slot," kata Agung.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Korban Begal Palsu di Tasik Ternyata Habiskan Rp 32 Juta untuk Judi Slot, Padahal untuk Bayar Utang
ace_01 dan 7 lainnya memberi reputasi
Pernah di atas angin sampai ingin resign dari PNS
Merasa Binomo “susah peluang menangnya”, Baron coba-coba belajar aplikasi lain. Akhirnya, sekitar pertengahan 2021 lalu, ia mengenal Quotex. Gara-garanya saat itu ada crazy rich yang aplikasi tersebut, yakni Doni Salmanan.
Ternyata, awal-awal main Quotex, Baron langsung menang besar. Ia ingat betul, dirinya sempat menang Rp150 juta.
“Uang hasil menang judi langsung saya belikan moge,” tegasnya.
Makin lama main, hasil fluktuatif ia dapatkan. Kadang kalah, kadang menang. Menurutnya, yang namanya judi pasti ada dua fase itu.
Namun, yang bikin Baron begitu di atas angin, pada suatu malam ia mendapat kemenangan Rp350 juta.
“Waktu itu saya langsung berpikir buat resign saja dari PNS. Ya mau gimana cuma kerja di rumah aja dapat duit berkali-kali lipat,” kata Baron.
“Tapi istri melarang. Katanya aku udah struggle banget buat bisa diangkat PNS,”
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Sebuah grup Facebook bernama “Rehabilitasi Korban Kecanduan Judi Online” mencuri perhatian saya. Bagaimana tidak, grup 13 ribu anggota ini berisi banyak curhatan mengenai ikhtiar orang-orang yang kecanduan judi online buat berhenti.
Ada yang sudah berhenti total, ada yang masih struggle dengan perasaan kecanduannya, tapi tak sedikit yang mengaku menyerah. Sempat berhenti, mereka kembali main judi online lagi.
Baron, salah satu member grup yang Mojok hubungi, mengaku baru sejak April 2024 lalu gabung ke grup tersebut. Ia merupakan pecandu judi online yang sudah kehilangan segalanya, termasuk tabungannya bertahun-tahun, sampai teman-teman terdekat. Untungnya, sang istri masih memberi dukungan moral kepadanya buat sembuh.
“Saya mulai main judi online sejak musim Covid lalu, Mas. Gara-gara influencer Indrakenz promosi Binomo setiap hari,” kata Baron, bercerita kepada Mojok soal awal perkenalannya dengan judi online, Sabtu (11/5/2024) siang.
“Lucunya, sebulan awal main saya kalah 10 jutaan waktu itu. Tapi malah kepacu buat main terus, biar balikin modal awal,” sambungnya.